Pilihan Terberat

Posted: 07/15/2015 in Galau
Tag:

Aku masih termenung tak percaya, seseorang yang kugilai di masa laluku kini hadir dan ingin menjawab semua keinginanku yang pernah kupanjatkan dulu. Tapi di lain sisi aku telah menaruh hatiku ke seseorang yang sebelumnya tak pernah kuharapkan datang di hidupku.

“Zahra…” ucap mamaku yang mebuyarkan lamunanku
“iya ma, ada apa”
“dicari Tara, Meme, Alvin, Dicky, sama Seto”
“iya” jawabku malas

Aku pun berjalan menuju sebuah bangku di bawah pohon mangga di depan rumahku, disitu telah berkumpul teman-temanku. Dari kejauhan senyum nakalnya telah menyambutku. DICKY… dialah alasan terbesarku sehingga aku bisa melupakan Sofyan, pujaan masa laluku
“hay beib” celetuk Dicky
“hus apaan sih” jawabku cemberut
“yah gitu aja marah, kamu kenapa sih akhir-akhir ini jarang bales sms aku”
Waduh… bersalah banget nih pulsaku habis karena bales sms Sofyan, ucapku dalam hati
“mungkin aku lagi ketiduran”
Suasana hening, aku tau dia mulai ngerasa ada yang aneh sama aku. Aku sendiri juga heran kenapa cintaku goyah?, kenapa hati ini mulai nggak setia? Kenapa aku selalu membandingkan sifat Dicky sama Sofyan?
“Beib aku mau bicara sama kamu”
“mampus” ucapku dalam hati
Aku pun ditariknya menuju teras rumahku yang sekiranya pembicaraanku tidak terdengar oleh Seto, Tara dan Meme

“kenapa sih kamu berubah, aku denger kamu lagi deket sama Sofyan ya?”
“enggak kok enggak”
“kamu masih sayang kan sama aku?”
“iya, tapi…”
“tapi apa?”
“kenapa kamu nggak berubah seperti apa yang kamu janjikan di awal kita jadian? Aku pingin kamu berubah supaya hatiku nggak beda-bedain kamu sama Sofyan” “Tinggalin rokok dan bir kesukaanmu jika kamu sayang aku” ucapku sedikit membisik.
Dicky langsung tersentak dan sekarang matanya menatapku tajam-tajam karena baru kali ini aku berkata dengan bahasa apa adanya tanpa aku hias atau aku cari kata lainnya.
“maksud kamu Ra? Kamu… kamu benar-benar tega menuduhkan itu sama aku. Ini bukan masalah rok*k, bir, kenakalanku atau apalah yang buruk-buruk tentang aku tapi ini masalah ‘KESETIAANMU’. Aku saja bersabar menerima semua kekuranganmu tapi kamu…” kalimat itu tak dilanjutkannya Dicky langsung meninggalkanku

Hari sudah gelap. Sampai sekarang Dicky belum juga sms aku, apa dia marah? apa aku keterlaluan. Sekarang aku hanya bisa bertanya… bertanya dan bertanya tanpa tau siapa yang akan menjawabnya. Air mata ini menetes jika kata “JAHAT” memenuhi pikiranku.

Sofyan yang ada di masa laluku, dia orang yang baik jauh dari semua yang membuatnya bergelar “Nakal” dia dulu buatku jatuh cinta dan menjejakkan berjuta prasasti luka di hatiku. Namun aku tak pernah menyesal mencintainya. Tapi setelah Dicky datang dalam hidupku tanpa kumengerti bagaimana jalannya, dia selalu menunggu dan berusaha agar aku dapat merasakan cintanya yang pernah tersisih dalam hatiku. Berjuta cara gila dia lakukan, sampai-sampai aku berkewajiban tertawa jika mengingatnya. Coklat dan mawar tak lagi jadi caranya, namun dia ganti dengan seutas dasi yang dipakainya lalu diubahnya menjadi bunga walaupun beraroma keringat aku tak mampu menolaknya saat itu. Dia juga pernah nyata-nyata bilang ke orangtuaku kalau dia ingin banget punya masa depan sama aku, seketika itu mataku langsung melotot namun dia malah tertawa. Waktu masih PDKT dia juga sering meminta berfoto bareng denganku bak fans ketemu idola.

Ya tuhan… dia terlalu lucu untuk disakiti. Tapi sulit sekali dia merubah kebiasaan merok*knya itu padahal dia masih SMP kelas 3. Sedangkan Sofyan rajin sholat, mengaji, puasa senin-kamis, nggak suka bikin onar. Tapi Dicky begitu pandai buat aku tertawa, membuat aku merasa berarti, membuat aku bahagia.

Hp ku berdering, rupanya ada sms masuk.
‘from: SOFYAN’
Ra kamu nggak lihat acara pensi 17 agust di pk lurah.
aku ntar ikut lo Ra, kamu nggak lihat?

‘to : SOFYAN’
oh ya, kamu emang nampilin apa?

‘from : SOFYAN’
seni musik hadroh Ra, kmu lht ya

‘to : SOFYAN’
iya deh, tunggu ya

Aku pun berniat melihat pensi itu itung-itung menghilangkan galau. Rumah pak lurah tidak jauh dari rumahku hanya berjarak beberapa rumah penduduk. 5 menit kemudian aku sampai, ramai sekali rupanya.
“sekarang kita tampilkan hadrah dari Remaja Masjid Ashyfa”
Wah tepat sekali aku datang pada waktunya. Sofyan yang telah manaiki panggung tersenyum padaku aku pun membalas senyumnya. Lagu-lagu bernuansa islami telah dilantunkan group hadrah remaja masjid Ashyfa, membuat kegalauanku sedikit menghilang. Setelah selesai Sofyan menghampiriku… tapi tiba-tiba
“Ra…” ucap seseorang sambil memegang bahuku.
Ternyata Dicky, harus bagaimana aku
“kenapa kamu berani ketemuan kayak gini Ra, sejahat itukah sekarang kamu sama aku?”
“Dicky aku nggak ada maksud ketemuan, aku cuma pingin lihat pensi aja” jawabku
“aku permisi dulu ya sepertinya aku mengganggu” ucap Sofyan
“kamu nggak perlu pergi karena kamu juga wajib mendengarkan apa yang akan diucapkan dari mulut Zahra habis ini”
Perasaanku tak karuan, Dicky terlalu marah sama aku, nggak mungkin sepatah kata maaf yang biasa aku ucapkan saat dia marah mampu membatalkan niat marahnya.
“aku tau Ra kamu selalu ragukan aku, karena kamu mencintai aku atas dasar egomu bukan atas dasar apa adanya aku, mana janjimu untuk mencoba menerima aku apa adanya”
“aku mencoba menerima kamu apa adanya tapi kamu nggak pernah berusaha jadi yang aku inginkan”
“asal kamu tau aku selalu berusaha sayang, tapi ya sudahlah jika kamu mau mengorbankan cintaku yang begitu tulus dan dalam hanya untuk kebaikan sifat dia yang kamu lihat dan belum tentu baik dengan hatimu”
Aku hanya menunduk tak berucap sepatah kata apa pun. Sofyan juga terlihat bingung dan bersalah.
“sekarang kamu harus memutuskan, pilih aku atau dia”

Aku hanya terdiam.

“kalau kamu diam saja berarti kamu berat dua-duanya dan jujur aku nggak mau diduakan, jika seperti ini lebih baik aku mengalah, supaya kamu tidak dibuat bingung dan galau terus-menerus gara-gara mikirin 2 orang. Aku akan pergi”
Lalu Dicky meninggalkanku.
Aku harus bagaimana apa aku harus mengorbankan cinta Dicky demi kebahagiaan yang tak pasti…
“Dickyyy… aku masih pingin kamu” teriakku yang sebenarnya tak aku sadari.
Dia berhenti berjalan dan menengok ke arahku.
“Makasih, sudah lebih memilih aku. Aku sayang banget sama kamu”
“iya Dicky aku juga sayang kamu, dan buat Sofyan maaf banget aku yakin kamu pasti ngertiin”

Sumber Klik Disini :

Tinggalkan komentar